top of page

Tips-Tips Melalui Masa Burnout: A guide made by a burnt-out student

Fathiya, Chelsea


Coba bayangkan skenario ini di kepala kalian.


Setelah seharian menghabiskan tenaga dalam untuk kelas online, kalian memutuskan untuk bersantai.


Jari kalian tergerak untuk membuka Instagram, dan di feeds kalian terlihat bahwa Lokatara baru saja mem-posting konten baru.


Kalian membaca judul artikel tersebut dengan seksama, namun ada yang aneh.

“Tips-tips ‘melalui’ masa burnout?”

pikir kalian.


“Bukannya seharusnya ‘mengatasi’?”

Itulah masalahnya, ladies and gentlemen.

Burnout bukanlah sebuah masalah yang bisa “diatasi”. Selama konsep kewajiban tetap eksis dalam peradaban manusia, burnout akan selalu mengintai, menunggu sampai otak kita mencapai breaking point untuk menerkam.


Ketika hal tersebut terjadi, satu-satunya yang bisa kita lakukan adalah belajar untuk terbiasa dengan situasi yang aneh itu dan menunggu sampai masa burnout selesai supaya kita bisa kembali produktif.

Apakah penjelasan saya membuat kalian merasa pesimis?

Iya?

Bagus.

Karena kalau kalian tidak merasa pesimis, tips-tips yang akan saya berikan di bawah ini jadi tidak berguna.



1. Istirahatlah.


Mengutip dari situs alodokter.com, burnout merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi stres berat yang dipicu oleh pekerjaan. Dalam kata lain, burnout bisa terjadi pada siapa saja dan kapan saja.


Meskipun begitu, bukan berarti kalian bisa mengabaikan burnout, ya. Seperti halnya lapar dan haus, otak kalian memberikan sinyal bahwa ia butuh istirahat. Ambil satu langkah ke belakang, singkirkan pekerjaan kalian, dan rehatlah sejenak


2. Jangan terlalu keras kepada diri sendiri.


Kalian tidak mengalami burnout karena kalian “kurang bekerja keras” atau “pemalas”, dan kalian tentunya tidak inferior dibanding orang lain hanya karena kalian sedang mengalami burnout.


Kapasitas otak masing-masing orang berbeda.

Maka itu, daripada kalian membanding-bandingkan diri dengan orang lain dan sakit hati sendiri akibat ekspektasi kalian yang tidak realistis, lebih baik kalian fokus merawat diri. Siapa tahu kalian bisa menemukan potensi diri yang belum sempat kalian gali.


3. Apabila tidak bisa 100%, 50% pun tak masalah.


“Tapi kan kita banyak tugas, deadlinenya juga padat!”

Tidak masalah. Artikel ini kan pedoman, bukan peraturan. Terapkan saja yang sesuai dengan situasi kalian.


Apabila ada pekerjaan yang mendesak, kerjakanlah sebisa kalian. Pun apabila hasilnya kurang memuaskan dibandingkan saat kalian berada di luar masa burnout, jangan lupa bahwa kalian sudah melakukan yang terbaik.


Meskipun 100% tentunya lebih baik daripada 50%, tidak perlu diragukan bahwa 50% selalu lebih baik ketimbang 0%.


4. Ingat bahwa ini pun akan berlalu.


Di zaman sekarang, di mana kita dituntut untuk selalu sempurna, besarnya ekspektasi orang-orang di sekitar kita adalah beban terberat yang harus kita pikul setiap hari. Tetapi, apabila kalian tidak ingin terus-menerus dihantui burnout, beban tersebut harus dilepas supaya kalian bisa hidup dengan lebih tenang.


Tidak mudah untuk menanggalkan mindset itu, namun perjalanan menuju kehidupan di mana kita bisa bangun tidur setiap pagi dengan lega adalah perjalanan yang kita semua akan lalui bersama-sama.


Berceritalah tentang beban kalian dengan teman-teman kalian.


Habiskan waktu dengan orang tua kalian.


Lakukan apapun yang bisa kalian lakukan untuk mengingatkan diri bahwa kalian tidak sendiri.


Masa burnout tentunya tidak permanen, tetapi melarutkan diri dalam kesepian akan membuat terowongan yang sedang kalian lewati terasa lebih panjang.


Maka itu, jaga dan kelilingilah diri kalian dengan dukungan dari orang lain.



As every other raincloud pours and passes by, this too will not last forever.

19 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


Post: Blog2_Post

0811-1283-334

Kawasan Pendidikan Telkom, Jl. Telekomunikasi No.1, Sukapura, Kec. Dayeuhkolot, Bandung, Jawa Barat 40267

  • Instagram

©2021 by LOKATARA. Proudly created with Wix.com

bottom of page